Jumat, 30 November 2012

Sisi Lain dari Seharusnya VS Keharusan.



Ada yang tau perbedaan yang sangat besar antara sebuah “Keharusan” dan “Seharusnya"?? 

Banyak wanita ingin melangsingkan tubuhnya sesuai "ke-ideal-lan" versi mereka masing-masing, seharusnya saya langsing, TAPI kalau tidak tercapai ya OK. Banyak pria yang kerja mati-matian, bahkan menghalalkan segala cara agar ingin kaya, TAPI kalo enggak kaya ya enggak keberatan juga. 

Jika hidup ini cuma “seharusnya” dan bukan sebuah “keharusan”, kamu akan selalu menemukan alasan untuk menundanya dan ujung-ujungnya melepaskannya. 

Renungkan cerita di bawah ini : 

Anda pasti kenal Sylvester Stallone, salah satu bintang termahal Hollywood dengan bayaran $20 juta per film. OK inilah kehidupannya. Saking miskinnya, mamanya melahirkan dia di tangga pintu sekolah. Sebuah pukulan dari temannya membuat dia menderita kelainan saraf pada mukanya, sehingga sisi kanan wajahnya tidak normal. Jika bicara, ujung bibirnya tertarik ke bawah, dan membuat bicaranya gagap. 

Pertama-tama dia mendaftar di sekolah acting, dan mengikuti audisi. Dapat diduga, dengan penampilan kaku, bicara gagap, Stallone selalu ditolak, tapi dia enggak menyerah. Even, cara dia mendapat peran pertamanya pun unik. Dia duduk di depan kantor manajer sampai berjam-jam dan menolak pergi kalau tidak diberi kesempatan. Akhirnya manajer pun kasihan dan memberi peran kecil padanya. 

Saking dia enggak punya duit, dia terpaksa jual anjingnya seharga US$ 50, padahal anjing itu adalah satu-satunya temannya. Pada titik terendahnya, dia menonton pertandingan tinju antara Muhammad Ali dan Chuck Wepner. Banyak orang menduga Chuck bakal jatuh dalam tiga ronde, ternyata Chuck mampu bertahan 15 ronde tanpa jatuh, walau akhirnya kalah. Disinilah Stallone mendapat inspirasi untuk menulis naskah “Rocky” selama 84 jam, straight tidak tidur. 

Saat dia akan menjual manuskripnya, orang bilang ceritanya monoton dan enggak mau ada yang beli. Sampe satu perusahaan akhirnya mau membeli seharga $75,000. Tapi Stallone (Sly) hanya mau menjual dengan syarat Stallone harus menjadi pemeran utamanya. Perusahaan ini menolak, bahkan menaikkan penawarannya jadi $225,000 dan sampe $1 juta. Stallone tetap menolak, dia enggak mau mimpinya ditukar, even dengan enam digit angka, dan keadaan dia saat itu sedang sangat butuh duit. Akhirnya, perusahaan itu setuju. Film dibuat dengan anggaran ketat $1 juta dollar dan Stallone hanya menerima $35,000 untuk gaji main film itu. Selain itu Sly akan mendapat tambahan berdasarkan persentase penghasilan di pasar. 

Pada waktu film “Rocky” diluncurkan, film itu hit box office dengan total revenue $171 juta, 10 nominasi Academy Awards dan satu piala Oscar. Spontan Sly melejit dan langsung mendapat tawaran memainkan peran dalam film Rambo, First Blood dan Sequel Rocky. 

Apa cerita moralnya? Orang-orang seperti Sly (Stallone), Steven Spielberg dan Donald Trump bukan karena sekedar disiplin, fokus ataupun lebih beruntung. Bagi mereka, sukses adalah harga MATI! Saya HARUS sukses atau saya mungkin besok tidak akan melihat matahari lagi. Sukses bukan hanya seharusnya bagi orang-orang tersebut, tapi KEHARUSAN, or else I die tomorrow!! 

Coba pikir, kamu mau ujian besok dan belum belajar. Ketika jam 5 pagi kamu bangun, dan teriak, “Aduuuhhh, saya belum belajar, ujian jam 9 dan bahan ada 4 buku setebal BUKU TELPON”, kepanikan kamu akan memancing kata-kata, ”aduh, HARUS belajar atau enggak lulus!!"

Kondisi emosi yang dihasilkan akan beda kalo ternyata kamu tiba-tiba tau, "ah ujiannya masih seminggu lagi ternyata, salah liat jadwal gue..". 

Betapa arti sebuah kata HARUS itu bisa menentukan, apakah kamu siap “die hard” untuk sesuatu yang benar-benar kamu inginkan?  

So now, is your choice, whether anda SEHARUSNYA sukses? Atau anda HARUS sukses?  
All is Your decide!

~ Anonymous ~