Kamis, 12 Januari 2012

Belahan Jiwa/Soulmate ; mitos atau bukan sih??..


“Bagi saya, soulmate itu hanya mitos. Mana ada orang yang sempurna? Mungkin itu cuma ada di dongeng doang. Aku pernah menjalani pacaran kurang lebih 3 tahun dengan seseorang wanita. Selama itu Kukira dia itu soulmateku karena kita cocok sekali. Tapi kami putus karena ternyata, dia selingkuh dan memilih bermesraan dengan laki-laki lain. Mau tau bagaimana perasaanku??.. Jangan tanya!” ~cio. :)

Banyak yang percaya bahwa setiap orang di dunia ini mempunyai pasangan soulmate atau sahabat sehidup semati yang sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Benarkah? 

Konon, soulmate atau belahan jiwa atau sahabat/pasangan sehidup semati, kita sangat dipercaya adanya. Kita umumnya mengaitkannya dengan hal-hal yang sifatnya romantis, misalnya janji di bawah sinar bulan, hubungan yang menggairahkan, cinta sehidup semati dll. Kita juga menganggap hubungan soulmate (soulmate relationship) merupakan hubungan yang mulus, tanpa konflik, penuh kegembiraan, pasangan selalu hadir dan mendukung setiap kali dibutuhkan dll. Benarkah ada pasangan semacam itu di dunia ini? Lantas apakah pengertian soulmate memang seperti itu?

Sampai sekarang masih banyak orang tua yang sangat hati-hati dalam mengawinkan anaknya. Mereka menghitung kecocokan anak dan calon menantu dengan seksama melalui tanggal lahir, shio, bobot-bibit-bebet, bahkan kalau perlu pergi ke orang pintar untuk minta petunjuk. Singkat cerita, mereka ingin memastikan bahwa kehidupan perkawinan yang akan dibentuk pasangan ini nantinya akan menjadi sesuatu yang baik dan memberkati, baik untuk mereka berdua maupun untuk orang-orang di sekitarnya.

Hubungan laki-laki-perempuan akhirnya dilihat sebagai sesuatu yang tidak ramah bahkan berbahaya. Banyak mitos mengenai soulmate muncul seiring dengan kebutuhan manusia akan hadirnya sosok sempurna yang bisa menyelamatkan mereka dari rasa ngeri akan dunia percintaan. Mitos-mitos ini bahkan dijadikan alat ukur untuk menentukan apakah seseorang soulmate kita atau bukan. Tapi percayalah, anda akan menemukan kesimpulan yang salah jika menggunakan alat ukur yang tidak tepat.

Soulmate adalah seseorang yang bisa membuat kita merasa aman, benarkah??
Orang lain memang bisa membantu kita untuk merasa aman, tetapi tidak selamanya kita bisa mengandalkan orang lain, karena tidak ada orang yang selalu ada bersama kita 24 jam sehari 7 hari seminggu dan yang tidak punya pekerjaan lain selain memikirkan kita. Mau tidak mau, cepat atau lambat kita sendiri harus belajar untuk mendapatkan rasa aman tsb.

Sering terjadi, rasa takut muncul bukan karena situasinya menakutkan melainkan karena kita membayangkan skenario-skenario yang menakutkan. “Aku ngga mau kesana sendiri. Kalau di jalan aku dirampok gimana?”, “Sebetulnya bukan aku yang salah tapi kalau boss ga percaya penjelasanku gimana ya?”, “Aduh...dia berubah pikiran ngga ya kalau tahu ternyata rumahku di gang kecil di kampung?”, “Aku takut kalau dia tau masa laluku...”, dst. 

Banyak orang berhenti pada pertanyaan diatas dan tidak mencoba menjawabnya sendiri. Mereka berharap ada orang yang menjawab untuk mereka. “Ya udah, kalau kamu takut jalan sendiri biar aku antar kamu ya.”, “Tenang, biar nanti aku yang menjelaskannya ke boss.”, “Jangan dipikirin, aku tidak peduli rumahmu dimana dan seperti apa. Aku tuh pacaran sama kamu bukan sama rumahmu.”, “Seburuk apapun masa lalumu, itu tidak akan merubah rasa sayangku ke kamu..” 

Saya percaya jika mendengar pernyataan-pernyataan yang demikian dan itu diucapkan dengan tulus, hati kita akan melambung. Tetapi tahukah anda? Hubungan yang semacam ini akan membuat kita tergantung kepada pasangan kita. Setiap kali menghadapi persoalan pikiran kita secara otomatis mencari dia. Akibatnya, tanpa dia kita merasa lemah bahkan bisa jadi tidak berfungsi alias mati.

The myth of soulmates is about a relationship that is blue sky forever. In real life, the sky is occasionally full of clouds.

Bagi sang pasangan, hubungan semacam inipun lama-lama akan membuatnya tidak nyaman. Cepat atau lambat dia akan letih menghadapi ketergantungan kita dan ingin kita mandiri. “I can’t live without you!”, “You’re my everything”, “Hanya kamu yang bisa membuatku bahagia”, dsb yang dulu merupakan kalimat pernyataan kasih tiba-tiba bisa berubah menjadi beban yang terasa berat.

Jika ini definisi kita mengenai soulmate, menurut saya hanya Tuhan yang bisa memenuhinya. Rasa aman, baik itu emosional, finansial, apalagi spiritual tidak pernah sungguh-sungguh kita dapatkan dari orang lain, tetapi melalui hubungan intim dengan Tuhan. Tetapi jika anda tetap ingin mencarinya di dalam pasangan anda, silahkan. Hanya saja, supaya anda tidak terlalu sakit nantinya, persiapkan juga diri anda untuk menghadapi kegagalan. 

“Soulmate? Aku percaya soulmate itu ada TAPI TIDAK SELALU sebagai pasangan hidup. Bisa jadi teman, saudara, sahabat, atau orang tua. Pokoknya selama hubungan kita nyambung, ada kedekatan hati, saling mengerti, hubungan yang tak terpisahkan, itulah soulmate. Tapi aku gak yakin bisa nikah dengan soulmate. Kayaknya kemungkinan itu hanya 1 diantara 1000.. Soulmate? Hanya Allah yang tahu, tetapi saya yakin saat ajal datang menjemput saya, wanita tercinta terakhir yang ada disisi saya adalah soulmate saya. Kenapa?... Karena perpisahan kami semata-mata terjadi karena kematian, bukan karena urusan duniawi.” ~cio

*dikutip dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar