Senin, 02 Januari 2012

Apakah Tuhan itu Ada? (sebuah dialog)

Seorang profesor filosofi yang atheis berbicara dalam kelasnya mengenai masalah antara ilmu pengetahuan dan Tuhan. Dia bertanya pada salah seorang mahasiswa baru.

Profesor (prof) : Jadi, kamu percaya pada Tuhan?
Mahasiswa (ms) : Tentu, prof.


Prof : Apakah Tuhan itu baik?
Ms : Tentu


Prof : Apakah Tuhan Mahabisa?
Ms : Ya

Prof : Saudaraku meninggal karena kanker meskipun dia telah berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkannya. Sebagian besar manusia, teman-teman sekitar kita akan menolong orang yang sakit. Tapi Tuhan tidak. Bagaimana Tuhan seperti ini bisa bisa dikatakan baik? Hmm?
Ms : (Mahasiswa diam)


Prof : Kamu tidak dapat menjawab bukan? Mari kita mulai lagi. Apakah Tuhan itu baik?
Ms : Ya, tentu.


Prof : Apakah iblis itu baik?
Ms : Tidak


Prof : Dari mana datangnya iblis?
Ms : Dari…. Tuhan.


Prof : Tepat. Sekarang katakan padaku, apakah di dalam dunia ini terdapat iblis?
Ms : Ya.


Prof : Iblis berada dimana-mana bukan? Dan Tuhan tidak berbuat apapun bukan?
Ms : Ya.


Prof : Jadi, siapa yang menciptakan iblis?
Ms : (Mahasiswa tersebut tidak menjawab)


Prof : Di dunia ini terdapat kesakitan? Kematian? Ketakutan? Kejelekan? Semua ini merupakan hal-hal yang mengerikan yang ada di dunia ini bukan?
Ms : Ya, prof.


Prof : Jadi, siapa yang menciptakan hal-hal tersebut?
Ms : (Mahasiswa tersebut tidak menjawab)


Prof : Ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa kamu mempunyai 5 indera yang dipakai untuk mengetahui dan mengamati lingkungan sekitarmu. Katakan padaku nak, pernahkah kamu melihat Tuhan?
Ms : Tidak pernah prof.


Prof : Katakan padaku, apakah kamu pernah mendengar suara Tuhan mu?
Ms : Tidak pernah prof.


Prof : Pernahkah kamu menyentuh Tuhan mu, merasakan Tuhan mu, mencium keberadaan Tuhan mu? Pernahkah kamu mempunyai pengalaman dengan inderamu mengenai kehadiran Tuhan?
Ms : Tidak pernah, prof.


Prof : Lalu kamu masih percaya kepada-Nya?
Ms : Ya.


Prof : Secara emperis, terukur, percobaan perlakuan, ilmu pengetahuan mengatakan Tuhan mu tidak eksis. Apa yang dapat kamu katakan mengenai itu, nak?
Ms : Tidak suatu apapun. Saya hanya mempunyai keyakinan saya.

Prof : Ya, keyakinan. Itulah masalah yang dihadapi ilmu pengetahuan.
Ms : Prof, premis filosofismu terbantahkan.

Prof : Terbantah? Dapat kau jelaskan bagaimana?
Ms : Prof, kau mencoba menjelaskan dalam premis dualitas. Kau berpendapat bahwa ada kehidupan dan kemudian ada kematian, Tuhan yang baik dan Tuhan yang jahat. Kau melihat konsep keTuhanan sebagai sesuatu yang terbatas, sesuatu yang dapat kita ukur. Prof, ilmu pengetahuan bahkan tidak dapat menjelaskan suatu pikiran. Pikiran menggunakan listrik dan magnetik, tapi tidak pernah terlihat, tidak pernah dipahami sepenuhnya oleh siapapun. Untuk melihat kematian sebagai lawan dari kehidupan adalah tidak peduli terhadap kenyataan bahwa kematian tidak dapat eksis sebagai hal yang substansial. Kematian bukanlah lawan dari kehidupan, hanya ketidakadaan kehidupan. Sekarang, katakan padaku prof, apakah kau mengajarkan mahasiswamu bahwa mereka merupakan hasil evolusi dari monyet?

Prof : Jika kau menarik referensi dari proses evolusi alam, tentu, saya mengajarkan hal tersebut.
Ms : Pernahkah kau mengamati proses evolusi dengan mata kepalamu sendiri prof ?

Prof : (Profesor tersebut menggelengkan kepalanya dengan sedikit tersenyum, mulai memahami kemana pembicaraan tersebut mengarah).
Ms : Karena tidak ada seorangpun yang pernah mengamati bagaimana proses evolusi dan bahkan tidak dapat menjelaskan bahwa proses ini masih terus berjalan, apakah kau tidak mengajarkan sesuatu yang hanya pendapatmu, prof?

(Kelas menjadi riuh dengan bisik-bisik pelan para mahasiswa)

Ms : Apakah ada seseorang di kelas ini yang pernah melihat otak professor?

(Seketika terdengar tawa riuh dalam kelas)

Ms : Apakah ada seseorang di sini yang pernah mendengar otak professor, menyentuhnya, merasakannya, atau menciumnya?… Tidak seorangpun bukan. Jadi, menurut ketetapan empiris, percobaan perlakuan, ilmu pengetahuan mengatakan bahwa professor tidak mempunyai otak. Dengan segala hormat prof, jadi bagaimana kami dapat mempercayai kuliahmu, prof?


(Ruangan menjadi hening. Profesor memandang kepada mahasiswa tersebut, mukanya tidak dapat di tebak)


Prof : Aku rasa, kau dan teman-temanmu harus melihatnya dengan keyakinan, nak.
Ms : Tepat prof… Penghubung antara manusia dan Tuhan adalah KEYAKINAN. Itulah yang menjaga semua hal bergerak sebagaimana mestinya dan kehidupan tetap berjalan.

#http://komunitasindigoindonesia.wordpress.com/category/renungan/

4 komentar:

  1. ya ampuuuuun :)
    bagus banget kak pembahasannya :)
    mampir ke blog aku kak :D

    BalasHapus
  2. Hai Megaaa.. haha, eh ada tamu dari jauh dateng.. thanks ya udah mampir.. ok! pasti itu.. pasti aku mampir ke blog kamu.. aku mau ninggalin jejak sendal jepit aku disana.. :)

    BalasHapus
  3. hahahahaaaa bisa aka si kakak :)
    tapi bener loh kak, postingan kakak bermanfaat semua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. namanya juga saling berbagi ilmu.. mudah-mudahan jadi bermanfaat.. :)

      Hapus