Surat cinta untuk calon istriku :
Akan ada suatu hari kugelar sajadahku dan sajadahmu. Kita bersujud dalam sepenggal waktu, berulang hari.
Akan ada dimana seluruh doa yg terucap dari bibirku, kau aamiin-i juga dalam hati, satu shaf di belakangku.
Akan ada hari, kau siapkan sahurku dengan senang hati dan menanti berbuka sembari mengukir senja.
Akan ada hari, aku dengungkan adzan di balik daun telinga sosok yang mungil, yang mewarisi sebagian parasmu dan sebagian tingkahku.
Akan ada hari, kita memesan nisan dan sepetak lahan berdampingan. Untuk nanti ketika esok kita tak ada lagi. Semoga Allah mengumpulkan antara aku dan kamu di surgaNYA dan di dekat haribaanNYA."
(via Yunus & Elvina)
Terkadang gue suka bertanya dalam hati disetiap doa diantara sujud, "Ya Allah, terkadang saya merindukan seorang wanita yang telah engkau tuliskan namanya di garis takdirku. Seorang wanita yang juga telah engkau tuliskan namaku di garis takdirnya. Seorang wanita yang kelak akan menjadi penghiburku disaat menjalani sisa hidup nanti. Sudah menjadi kewajibanku menjaga, melindungi, dan membahagiakan ia disetiap waktuku, sebagai seorang laki-laki, suami, sekaligus ayah bagi anak-anakku kelak. Siapa sih dia? seperti apa orangnya? kapan dan dimanakah saya akan bertemu dengannya, Tuhanku?.."
Kebahagiaan dalam sebuah pernikahan TIDAK BISA dihitung secara matematis. Kebahagiaan pernikahan BUKAN DIUKUR dari megahnya resepsi pernikahan yang dulu pernah dihelat. Kebahagiaan dalam pernikahan HANYA BISA DIKETAHUI oleh pasangan yg menjalaninya. Kebahagiaan itu HANYA BISA DICAPAI jika kita merasa bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki, menjaga dan merawat apa yang sudah kita miliki. Kesetiaan dan Tanggung Jawab atas peran masing-masing AKAN MENAMBAH KESEMPURNAAN di dalam kebahagiaan itu. Pasangan kita gak akan pernah 'perfect', seideal apapun yang kita inginkan, kecuali bagaimana cara pandang kita kepada pasangan kita tersebut - a marriage is a lifetime synchronizing.
Insyaallah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar